
Sebagai bagian dari upaya KBTK Labschool mewujudkan visi “Pendidikan Anak Usia Dini yang Inklusif, Bereputasi, dan Berwawasan Global,” kami mengikuti pelatihan tentang penyelarasan sistem vestibular dan taktil. Pelatihan ini membuka perspektif baru tentang bagaimana fondasi neurologis yang sering tidak terlihat ini sebenarnya menjadi kunci dalam mewujudkan misi-misi yang telah kami tetapkan. Tulisan ini adalah refleksi dari pembelajaran tersebut dan bagaimana relevansinya dengan praktik pendidikan kami sehari-hari, didukung oleh berbagai temuan penelitian terkini.
Sistem vestibular merupakan bagian dari sistem sensori yang berperan penting dalam mengatur keseimbangan tubuh, orientasi ruang, dan koordinasi gerak. Organ ini berada di telinga bagian dalam yang terdiri dari kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus (Casale et al., 2024). Dalam konteks Pendidikan Anak Usia Dini, sistem vestibular menjadi dasar bagi kemampuan motorik dan kesiapan belajar anak. Penelitian oleh Caldani et al. (2020) menunjukkan bahwa fungsi vestibular berkontribusi besar terhadap kemampuan anak untuk mengontrol gerakan dan memperhatikan lingkungan sekitarnya. Dengan kata lain, sistem vestibular menjadi fondasi penting bagi pembelajaran aktif dan kesiapan duduk-tenang dalam aktivitas kelas.
Fondasi Neurologis Pembelajaran Anak
Sistem vestibular terletak di telinga dalam dan bekerja sejak masa perkembangan janin. Struktur ini terdiri dari utricle, saccule, dan tiga kanal semisirkularis yang mendeteksi gerakan kepala dan posisi tubuh dalam ruang (Casale et al., 2024). Yang menarik, sistem ini tidak bekerja sendiri, ia mengirimkan sinyal ke berbagai bagian otak, termasuk hippocampus yang berperan dalam memori spasial dan pembelajaran. Penelitian Ghai et al. (2019) mengungkapkan bahwa prevalensi gangguan vestibular pada anak dengan disabilitas neurologis mencapai 32-67%, menunjukkan betapa rentannya sistem ini terhadap berbagai kondisi perkembangan.
Dalam pelatihan kemarin, kami diingatkan bahwa anak-anak dengan gangguan vestibular sering mengalami kesulitan dalam berbagai aspek perkembangan. Mereka mungkin tampak canggung saat bergerak, kesulitan mempertahankan perhatian, atau bahkan mengalami keterlambatan dalam kemampuan akademik. Studi oleh Ruschi et al. (2021) menemukan bahwa anak-anak dengan gangguan vestibular menunjukkan kinerja akademik yang lebih rendah dan lebih sering mengalami kesulitan dalam kegiatan yang memerlukan kontrol tubuh dan perhatian. Ini bukan karena kurangnya kecerdasan, melainkan karena otak mereka harus bekerja lebih keras untuk memproses informasi sensorik dasar, sehingga energi untuk belajar hal lain menjadi terbatas.
Ketika sistem vestibular terganggu, anak mengalami kesulitan dalam mengatur keseimbangan tubuh dan memahami posisi dirinya di ruang. Guru dapat melihat gejala ini sebagai deteksi dini awal, dengan anak yang memperlihatkan perilaku seperti: sering jatuh, kehilangan keseimbangan saat berjalan, atau tampak canggung dalam bergerak; anak sulit membedakan arah (kanan–kiri), atau sering menabrak meja/teman; respon berlebihan atau justru kurang terhadap rangsang gerak (ada anak yang takut naik tangga, tapi ada juga yang mencari sensasi berputar berlebihan); gerakan tangan dan mata tidak sinkron, sehingga memengaruhi kemampuan menulis, meronce, atau melempar bola; serta sulit duduk tenang, dan perhatian mudah teralihkan.
Sistem taktil, yang juga dibahas dalam pelatihan, bekerja beriringan dengan sistem vestibular. Sentuhan, tekanan, dan tekstur yang kita rasakan melalui kulit memberikan informasi penting tentang tubuh kita dan lingkungan sekitar. Ketika kedua sistem ini (vestibular dan taktil) bekerja harmonis, anak memiliki fondasi yang kuat untuk belajar dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Dari Teori ke Praktik Pembelajaran di KBTK Labschool
Misi kami dalam mengembangkan sekolah yang inklusif, bereputasi, dan berwawasan global ini, salah satunya adalah untuk mengembangkan kurikulum yang inklusif dan sesuai dengan perkembangan, potensi, serta kebutuhan anak. Selama ini kami mungkin sudah melakukan berbagai aktivitas sensorik, tetapi setelah pelatihan, kami semakin menyadari pentingnya melakukannya dengan intensionalitas yang lebih kuat, dan bukan sekadar aktivitas menyenangkan, tetapi aktivitas yang secara terencana merangsang integrasi vestibular dan taktil.
Jika kita meminjam kerangka Piramida Belajar dari Schellenberger yang dicuplik oleh Oetter, Richter, dan Frick (1995), fondasi pembelajaran dimulai dari kemampuan sensorik dan motorik. Sistem vestibular dan taktil berada di dasar piramida ini. Dalam Piramida Belajar atau Pyramid of Learning Schellenberger, perkembangan kemampuan belajar anak digambarkan seperti bangunan bertingkat. Pada bagian paling bawah (pondasi) terletak sistem sensorik dasar, yang meliputi vestibular, taktil, dan proprioseptif. Pondasi ini menopang seluruh kemampuan yang lebih tinggi. Hal ini dimulai dari kontrol tubuh, koordinasi motorik, perhatian, persepsi, hingga kemampuan akademik dan sosial-emosional di puncak piramida. Apabila sistem vestibular tidak terstimulasi dengan optimal, maka seluruh “lapisan” di atasnya pada piramida belajar akan turut terpengaruh.
Ketika anak melompat, berputar, atau sekadar duduk dengan postur yang stabil, sistem vestibular mereka sedang “berlatih” mengirim sinyal yang tepat ke otak. Ketika mereka bermain dengan pasir, playdough, atau bahan dengan tekstur berbeda, sistem taktil mereka sedang belajar membedakan dan mengintegrasikan informasi sensorik. Oetter, Richter, dan Frick (1995) dalam menganalisa model piramida belajar dari Schellenberger menekankan bahwa sistem vestibular menjadi pondasi utama bagi perkembangan sensorimotor yang lebih tinggi, sehingga stimulasi pada tahap ini harus dilakukan secara terencana, aman, dan menyenangkan bagi anak.
Dalam praktik di KBTK Labschool, ini berarti kami perlu merancang aktivitas yang secara alami merangsang kedua sistem ini. Bukan hanya playground konvensional, tetapi juga aktivitas terintegrasi dalam kurikulum misalnya bergerak mengikuti irama, permainan yang melibatkan perubahan posisi tubuh, eksplorasi dengan berbagai tekstur dalam kegiatan seni, atau bahkan kegiatan sederhana seperti duduk di karpet atau di kursi saat mendengarkan cerita. Stimulasi organ vestibular pada anak usia dini idealnya dilakukan melalui berbagai kegiatan yang melibatkan aspek motorik kasar, seperti berlari, melompat, memanjat, atau menyeimbangkan tubuh.
Kegiatan seperti menggambar atau menulis di posisi tengkurap dapat memberikan stimulasi vestibular yang efektif. Dengan perubahan posisi kepala, vestibular yang dikembangkan ialah stabilisasi tubuh dalam menggerakkan jari untuk menggambar maupun menulis dengan posisi perut yang menempel sehingga memberi tekanan pada sendi untuk menahan sebagian beban tubuh sembari menulis. Kegiatan seperti mengambil bola dengan diintegrasikan kegiatan berjalan di atas papan titian menggunakan media di kelas juga salah satu kegiatan yang dapat menstimulasi vestibular secara efektif.
Anak dengan gangguan vestibular atau taktil mungkin memerlukan lebih banyak pengulangan atau modifikasi aktivitas, namun prinsipnya sama: stimulasi yang konsisten dan bermakna. Melalui aktivitas tersebut, anak tetap mengalami perubahan posisi kepala dan tubuh, bergerak mengikuti irama, serta latihan keseimbangan ringan. Selain itu, kegiatan ini juga mendorong pengembangan konsentrasi, koordinasi mata-tangan, dan kesadaran tubuh terhadap ruang di sekitarnya.
Pendidikan Inklusif Berbasis Neurosains
Misi kami untuk mengembangkan sistem pendidikan anak usia dini yang berorientasi pada mutu pelayanan berkualitas dengan nilai-nilai inklusivitas mendapat pencerahan baru setelah pelatihan ini. Pendekatan inklusif yang sejati tidak hanya tentang menerima semua anak, tetapi memahami kebutuhan unik mereka dari perspektif neurobiologis. Penelitian oleh Caldani et al. (2020) mengonfirmasi bahwa gangguan fungsi vestibular sering ditemukan pada anak dengan gangguan neurodevelopmental, yang memerlukan pendekatan khusus dalam proses pembelajaran.
Anak dengan autisme, ADHD, atau gangguan pemrosesan sensorik sering kali memiliki respons vestibular dan taktil yang berbeda. Ada yang mencari stimulasi berlebihan dengan terus bergerak atau menyentuh segala sesuatu (hyporesponsive), ada yang mudah terganggu oleh gerakan kecil atau sentuhan ringan (hyperresponsive). Ghai et al. (2019) dalam systematic review-nya menemukan bahwa gangguan vestibular merupakan komorbiditas yang signifikan pada berbagai kondisi neurologis anak. Pelatihan kemarin membekali kami dengan pemahaman bahwa dengan mengenali pola respons ini, kami sebagai pendidik dapat menyesuaikan lingkungan dan metode pembelajaran.
Misalnya, anak yang membutuhkan lebih banyak input vestibular bisa diberikan kesempatan menggunakan bola untuk duduk ketika bermain di lapangan, atau ruang khusus untuk bergerak mengeksplorasi kemampuan dan aspek fisiknya. Anak dengan defensif taktil yang menghindari tekstur tertentu atau sentuhan, bisa didampingi secara bertahap untuk mengeksplorasi bahan dengan berbagai tekstur, dimulai dari yang paling nyaman bagi mereka. Sebaliknya, anak yang sensitif terhadap gerakan mungkin memerlukan transisi yang lebih perlahan antar aktivitas dan ruang yang lebih tenang. Ini bukan privilege khusus, ini kebutuhan neurologis yang, jika dipenuhi, memungkinkan semua anak belajar optimal.
Mengembangkan kurikulum inklusif yang berorientasi pada Profil lulusan memerlukan integrasi pemahaman tentang perkembangan vestibular dan taktil dalam lingkup pembelajaran. Nilai-nilai seperti penalaran kritis, kreatif, kolaborasi atau kewargaan tidak bisa ditanamkan jika fondasi neurologis anak belum stabil. Anak yang kesulitan mengontrol tubuhnya akan kesulitan berkolaborasi dalam permainan kelompok. Anak yang tidak nyaman dengan sentuhan atau kedekatan fisik mungkin kesulitan dalam aktivitas yang berorientasi kreatif.
Kurikulum yang responsif mengakui bahwa pembelajaran terjadi di seluruh tubuh, bukan hanya di kepala. Di KBTK Labschool, kami mulai memikirkan ulang bagaimana setiap aktivitas dalam keseharian anak dapat dioptimalkan untuk memberikan input sensorik yang kaya. Aktivitas seperti bermain bebas di lapangan, berenang, atau berbagi kegiatan main dengan alat dan bahan yang dieksplorasi secara langsung dengan berbagai tekstur serta melibatkan berbagai posisi tubuh memberikan stimulasi vestibular dan taktil sekaligus membangun keterampilan kognitif dan sosial-emosional. Pendekatan ini sejalan dengan penelitian Ruschi et al. (2021) yang menunjukkan hubungan antara sistem vestibular dengan fungsi kognitif seperti memori, navigasi, dan pembelajaran.
Pendidik Kompeten dengan Wawasan Neurobiologis
Misi KBTK Labschool untuk memiliki pendidik dan tenaga kependidikan yang kompeten, profesional, dan mengedepankan budaya belajar berkelanjutan menjadi semakin jelas arahnya setelah pelatihan ini. Kompetensi tidak hanya soal pedagogi atau profesional, tetapi juga didalamnya mengintegrasikan dengan pemahaman kami tentang literasi sensorik tentang kemampuan mengidentifikasi kebutuhan vestibular dan taktil anak, kemudian merespons dengan strategi yang tepat.
Pelatihan yang kami lakukan memberi kami alat observasi yang lebih tajam. Kami belajar bahwa anak memiliki gerakan impulsif atau disorientasi gerak mungkin memerlukan lebih banyak input vestibular, bukan sekadar “judgement yang tidak menumbuhkan kemampuan positif”. Anak yang menolak bermain mungkin mengalami defensif taktil, bukan sekadar “pilih-pilih” dalam orientasi observasi kami. Dengan pemahaman ini, respons kami berubah dari mengoreksi perilaku menjadi memfasilitasi kebutuhan anak.
Budaya belajar berkelanjutan yang kami bangun mencakup kesediaan untuk terus memperdalam pemahaman tentang perkembangan neurobiologis anak. Pelatihan vestibular dan taktil ini adalah salah satu langkah, dan kami menyadari masih banyak yang perlu dipelajari untuk benar-benar mewujudkan wawasan global yang berbasis bukti ilmiah terkini. Temuan Caldani et al. (2020) tentang penggunaan functional head impulse test dalam menilai fungsi vestibular pada anak dengan gangguan neurodevelopmental membuka wawasan kami tentang pentingnya assessment yang tepat dalam merancang intervensi yang efektif.
Penutup
Visi kami untuk menjadi PAUD yang bereputasi tidak terletak pada prestasi akademik semata, tetapi pada pemahaman holistik tentang perkembangan anak. Pelatihan vestibular dan taktil ini memperkuat keyakinan bahwa reputasi sebuah Lembaga Pendidikan anak usia dini dibangun dari kemampuan kami memfasilitasi setiap anak termasuk yang memiliki kebutuhan khusus untuk berkembang optimal. Seperti yang ditunjukkan dalam penelitian Ruschi et al. (2021), dukungan yang tepat pada sistem vestibular dapat meningkatkan tidak hanya kemampuan motorik tetapi juga prestasi akademik anak.
Ketika kami memahami bahwa anak yang “sulit fokus” mungkin memerlukan lebih banyak gerakan untuk mengintegrasikan input vestibular, dan kemudian kami menyediakan strategi untuk itu, kami sedang membangun reputasi sebagai institusi yang tidak hanya menerima keberagaman tetapi meresponsnya dengan profesional. Ketika kami peka terhadap anak dengan sensitivitas taktil dan membantunya secara bertahap nyaman dengan berbagai tekstur, kami menunjukkan bahwa inklusivitas kami bukan sekadar label tetapi praktik nyata.
Wawasan global yang kami bangun mencakup kesediaan untuk belajar dari penelitian dan praktik terbaik berbasis bukti dari berbagai belahan dunia, termasuk pemahaman tentang neurobiologi perkembangan anak. Pelatihan tentang sistem vestibular dan taktil kemarin adalah bagian dari upaya kami mengintegrasikan pengetahuan ilmiah terkini ke dalam praktik pendidikan. Model piramida belajar Schellenberger yang dicuplik Oetter et al. (1995) memberikan kerangka teoritis yang kuat bagi pengembangan kurikulum kami yang berpusat pada anak.
Namun implementasinya tetap perlu disesuaikan dengan konteks KBTK Labschool, sumber daya yang tersedia, karakteristik anak-anak kami, dan budaya pembelajaran yang sudah terbangun. Yang universal adalah kebutuhan setiap anak akan integrasi vestibular dan taktil yang memadai. Yang kontekstual adalah bagaimana kita memenuhinya, apakah melalui permainan tradisional yang sudah kaya akan gerakan dan sentuhan, ataukah dengan alat-alat dan metode modern, yang penting adalah intensionalitas dan pemahaman akan tujuan neurologis di baliknya.
Pada akhirnya, pelatihan tentang penyelarasan vestibular dan taktil ini bukan sekadar menambah pengetahuan teknis kami sebagai pendidik. Ia memperdalam pemahaman kami tentang apa artinya mewujudkan visi KBTK Labschool untuk pendidikan anak usia dini yang inklusif, bereputasi, dan berwawasan global. Ketika kami memahami fondasi neurologis pembelajaran dari sistem vestibular yang mengatur keseimbangan hingga sistem taktil yang memberikan informasi tentang dunia melalui sentuhan, kami tidak hanya mengajar anak tetapi kami membangun potensi anak yang akan mendukung mereka menjadi pembelajar pada jenjang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Caldani, S., Durand, M. J., Jamet, M., Perraud, F., Lion, C., & Wiener-Vacher, S. (2020). Vestibular functioning in children with neurodevelopmental disorders using the functional head impulse test. Brain Sciences, *10*(11), 887.
Casale, J., Browne, T., Murray, I. V., & Gupta, G. (2024). Physiology, Vestibular System. Dalam StatPearls. StatPearls Publishing.
Ghai, S., Ghai, I., & Schmitz-Hübsch, T. (2019). Prevalence of vestibular dysfunction in children with neurological disabilities: A systematic review. Frontiers in Neurology, *10*, 1286.
Oetter, P., Richter, E., & Frick, M. (1995). M.O.R.E.: Integrating the Mouth with Sensory and Postural Functions. Therapy Skill Builders.
Ruschi, T. H. S., Moraes, V. C. M., Ribeiro, A. C. S., & Pereira, L. D. (2021). Vestibular function in children underperforming at school. Brazilian Journal of Otorhinolaryngology, *87*(6), 682–689.
KB-TK Labschool UNJ adalah lembaga pendidikan anak usia dini di bawah naungan Universitas Negeri Jakarta yang berkomitmen memberikan layanan pendidikan berkualitas. Dengan mengusung pendekatan pembelajaran holistik, kreatif, dan berpusat pada anak.
KB-TK Labschool UNJ adalah lembaga pendidikan anak usia dini di bawah naungan Universitas Negeri Jakarta yang berkomitmen memberikan layanan pendidikan berkualitas. Dengan mengusung pendekatan pembelajaran holistik, kreatif, dan berpusat pada anak.
Jl. Pemuda Kompleks UNJ Rawamangun Jakarta Timur, DKI Jakarta 13220
021 – 4757376
kbtklabschool@gmail.com